BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa
ditarik ke belakang, bisa dikarenakan keadaan sejak lahir atau karena patologi.
Pada usia bayi glan penis dan prepusium terjadi adesi sehingga lengket jika
terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi
Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut
akan kembali seperti normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormon.
Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir
hanya 4% bayi yang preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga
kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi
sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang belum
bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5
tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17
tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara
persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.
Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada
ballooning maka sisa-sisa urin mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan
lembah tersebut kandungan glukosa pada urine menjadi lading subur bagi
pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih.
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang
tidak disirkumsisi memiliki resiko menderita 10-20 kali lebih tinggi. Tahun
1993, dituliskan review bahwa resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999
dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang sirkumsisi disebutkan bahwa
dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi menderita
sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan jurnal
tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko.
Pada akhir tahun pertama kehidupan,
retraksi kulit preputium ke belakang sulkus. Glandularis hanya dapat dilakukan
pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia
tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan
1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua,
fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih
dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan
(sirkumsisi). Suatu penelitian lain juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang
seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir,
namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17
tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian
lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang
seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
Fimosis,
baik merupakan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat, merupakan
kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa
ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis. Kulit yang melingkupi
kepala penis tersebut juga dikenal dengan istilah kulup, prepuce, preputium,
atau foreskin. Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar,
sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis,
lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan
cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra
externus) yang terbuka.
Fimosis
adalah penyempitan pada
prepusium. Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang
begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi/anak
sering menangis keras sebelum urine keluar.
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya,
true phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan
kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan
kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit
preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan
pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.
B.
Tujuan
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada anak yang menderita penyakit
fimosis.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui asuhan pada penyakit
fimosis
2. Mengetahui pengertian
pada penyakit fimosis
3. Mengetahui
etiologi, tanda dan gejala,
tindakan/ penatalaksanaan yang tepat
untuk mengatasi fimosis,
serta angka kejadian terjadinya fimosis.
C.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang dan tujuan di atas maka kami dapat merumuskan masalah dari
penulisan makalah ini yaitu:
1.
Apakah
pengertian dari Fimosis?
2.
Apa tanda dan
gejala dari fimosis?
3.
Apa penyebab
terjadinya fimosis?
4.
Bagaimana
penatalaksanaan dari fimosis?
5.
Berapa besar
angka kejadian yang terjadi pada bayi yang terkena fimosis?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis
(Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya
lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan
saat kencing. (Andi Maryam [et]:91)
Fimosisi adalah kelainan bawaan dimana terdapat
penyempitan prepusium pada bayi laki-laki. (Vivian Nanny Lia Dewi:121)
Fimosis adalah keadaan dimana preupitium melekat
pada bagian glans dan tidak mampu diretrasi sehingga mengakibatkan tersumbatnya
lubang saluran kencing, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan
saat kencing. (Dwi Maryanti[et]:151)
Fimosis merupakan pengerutan dan penciutan kulit
depan penis atau suatu keadaan normal yang sering di temukan pada bayi baru
lahir atau anak kecil dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan
sendirinya. (www.medicastore.com)
Fimosisi
adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin pria, yang dimaksud
dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat pada
bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni,
sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini
memicu timbulnya infeksi pada penis (balantis). Jika keadaan ini di biarkan
dimana muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan
untuk disunnat, tindakan ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis agar
ujungnya terbuka. (Patologis, Dr.Sutisna Himawan,1996)
Fimosis adalah
penyempitan pada prepusium. Kelainan menyebabkan bayi / anak sukar berkemih.
Kadang-kadang begitu suka sehingga kulit prepusium menggelembung seperti
balon. Bayi / anak sering menangis sebelum urine keluar.
Fimosis (phimosis)
merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak
bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup,
prepuce, preputium, foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam
dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada
fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala
perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra
externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan bawaan sejak
lahir (kongenital) maupun didapat.
Fimosis adalah
prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona
galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang
dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan
perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi
secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehinga prepusium
menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.
Fimosis adalah
penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga kepala penis tidak bisa
terbuka sepenuhnya. Fimosis dapat menyebabkan penumpukan smegma (kotoran
hasil sekresi kelenjar kulup) di sekitar kepala penis. Penumpukan
smegma tersebut dapat mendukung penyebaran berbagai bakteri penyebab
peradangan. Jika fimosis menyebabkan kesulitan buang air kecil sehingga
urin tertahan di saluran kencing (uretra) maka dapat terjadi infeksi uretra.
Sebagian besar anak laki-laki yang baru lahir memiliki fimosis fisiologis.
Namun, fimosis ini biasanya akan menghilang sendiri setelah anak berusia tiga
tahun. Jika di usia enam atau tujuh tahun fimosis masih ada sehingga
menyebabkan masalah, maka dibutuhkan penanganan.
Sebenarnya
yang berbahaya bukannlah fimosisi itu sendiri, melainkan kemungkinan timbulnya
infeksi pada saluran air seni (areter) kiri dan kanan, kemudian ke ginjal.
Infeksi ini memang dapat menjalar ke ginjal dan menimbulkan kerusakan pada
ginjal. (Sudarti, M.kes[et]: 131)
Apabila preputium melekat pada glans penis, maka
cairan smegma yaitu cairan putih, kental yang biasa mengumpul diantara kulit
kulup dan kepala penis akan tertinbun di tempat itu, sehingga mudah sekali
terjadi infeksi. Biasanya yang sering di serang adalah bagian ujung penis,
sehingga di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu akan kencing, anak
menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup yang terbelit dan menggelembung.
B.
Etiologi
Fimosis pada bayi
laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak
berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada
kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari
bawaan dari lahir, atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan
Kelainan
ini juga menyebabkan bayi/ anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar
sehingga kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi atau anak sering
menangis keras sebelum urin keluar. Keadaan demikian lebih baik segera
disunnat, tetapi kadang orang tua tidak tega karena bayi masih kecil.
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan
lubang prepusium dengan cara mendorong kebelakang kulit prepusium tersebut dan
biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah terjadi infeksi dan agar luka tidak
merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotic. Tindakan ini
mula-mula di lakukan oleh dokter kemudian selanjutnya dilakukan oleh orang tua
sendiri untuk melakukannya seperti yang dilakukan dokter (pada orang barat
sunat dilakukan pada sorang bayi laki-laki ketika masih dirawat/ ketika baru
lahir). Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan/ mencegah terjadinya infeksi
krena adanya smegma, bukan karena keagamaan.
Adanya smegma pada ujung prepusium juga menyulitkan
bayi berkemih maka setiap memandikan bayi hendaknya prepusium didorong
kebelakang kemudian ujungnya di bersihkan dengan kapas yang telah dijerang
dengan air matang.
Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada
bayi, tiapa bayi baru lahir harus di perhatikan apakah bayi telah berkemih
setelah lahir atau paling lambat 24 jam setelah lahir. Perhatikan apakah urin
banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat gangguan ekskresi bayi akan terlihat
sembab pada wajahnya. (Sudarti, M.kes[et]: 131)
Menurut Dwi Maryanti, S.ST dalam bukunya yang
berjudul buku ajar asuhan Neonatus, Bayi dan anak balita, adapun etiologi atau
penyebab terjadinya fimosis yaitu:
ü Fimosis terjadi karena ruang di antara preputium dan
glans penis tidak berkembang dengan baik, kondisi ini menyebabkan preputium
melekat pada glans penis.
ü Akibat dari infeksi menahun
ü Adanya peradangan pada kulit glans penis.
Adapun penyebab lain
terjadinya fimosis yaitu:
* Kegagalan kulup untuk
melonggar selama proses pertumbuhan
* Infeksi seperti
balinitis
* Cacat yang disebabkan
oleh trauma
* Penyakit pada alat
kelamin.
Infeksi yang terjadi
kemungkinan timbul dari ketidakmampuan melakukan pembersihan yang efektif
sehingga menyebabkan pembengkakan, kemerahan dan rasa sakit di daerah tersebut.
C.
Tanda dan Gejala
Menurut Vivian Nanny Lia Dewi dalam bukunya yang
berjudul Asuhan Neonatus, Bayi dan anak balita, tanda dan gejala yang di
timbulkan dari fimosis yaitu:
ü Bayi sukar BAK
ü Kulit prepusium mengembung seperti balon
ü Bayi menangis keras sebelum berkemih
Gejala yang
sering terjadi pada fimosis diantaranya: (Ai Yeyeh Rukiyah[et],2010)
ü Bayi atau anak sukar berkemih, kadang-kadang sukar
berkemih sehingga kulit preputium menggembung seperti balon.
ü Kulit penis tidak bisa di tarik ke pangkal
ü Penis mengejang saat BAK
ü Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/
air seni keluar tidak lancer
ü Timbul infeksi.
Jika gejala di atas di
temukan pada alat kelamin, sebaiknya bawa kedokter jangan sekali-kali mencoba
membuka kulup secara paksa dengan menariknya kearah pangkal penis maka tindakan
ini berbahaya, karena kulup yang ditarik ke pangkal dapat terjepit, sehingga
timbul rasa nyeri dan pembengkakan yang hebat.
Fimosis ini bisa
terjadi karena faktor kongenital (bawaan sejak bayi lahir) atau bisa juga
akibat peradangan berulang yang terjadi pada kulit depan penis (kulup).
Anak-anak seringkali sulit untuk mengungkapkan apa yang dialaminya, sehingga
orangtualah yang harus cermat memperhatikan dan melihat apa yang terjadi dengan
anaknya.
Adapula tanda dan
gejala menurut referensi lain yang dapat di timbulkan oleh fimosis itu yaitu:
a.
Kulit penis anak
tidak bisa ditarik ke arah pangkal ketika akan dibersihkan.
b.
Anak mengejan
saat buang air kecil karena muara saluran kencing diujung tertutup. Biasanya ia
menangis dan pada ujung penisnya tampak menggembung.
c.
Air seni yang
tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang tidak dapat
di duga.
d.
Kalau sampai
timbul infeksi, maka si anak akan mengangis setiap buang air kecil dan dapat
pula disertai demam.
e.
Kadang-kadang
keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai miksi yang kemudian
menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urin yang
keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada
ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
f.
Iritasi pada
penis
g.
Fimosis
kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni kulit preputium
mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi
besarnya lubang di ujung preputium. Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya,
dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan
(obstruksi) air seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air
kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan kasus
gawat darurat.
h.
Jika fimosis
menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang
sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastik lainnya
seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya).
Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah
fimosis patologik.
D.
Penatalaksanaan
Menurut Ai Yeyeh Rukiyah dalam bukunya hal 231, yang
berjudul Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, penatalaksanaan fimosis yaitu:
1.
Dilakukan di
latasi dengan melebarkan lubang preputium dengan cara mendorong ke belakang
kulit preputium dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar
luka tidak merapat lagi maka luka
tersebut di oleskan salep antibiotic
2.
Adanya smegma
pada ujung preputium juga menyulitkan bayi berkemih maka setiap memandikan bayi
hendaknya preputium di dorong ke belakang, kemudian ujungnya di bersihkan
dengan kapas dtt.
3.
Dilakukan
sirkumsisi
4.
Untuk mengetahui
adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiap bayi baru lahir harus di
perhatikan apabila bayi telah berkemih. Setelah lahir atau paling lambat 24 jam
setelah lahir. Perhatikan apakah urin banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat
gangguan ekskresi bayi akan terlihat sembab pada wajahnya. Jika terjadi
kelainan tersebut maka bayi sebaiknya di rujuk. Sampai bayi berumur 3 hari
pengeluaran urin tidak terpengaruh oleh pemberian cairan, baru setelah 5 hari
akan berpengaruh. Kondisi ini harus dikonsultasikan ke dokter akan memeriksa
ujung penis secara teliti dan bila memungkinkan akan berupaya melepaskan
lengketan tersebut dan membersihkannya. Jika upaya ini belum berhasil, maka
terpaksa harus di khitan
Fimosis didapat (fimosis patologik,
fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini
berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan
kronik gtans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan
berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang
akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit
preputiurn yang membuka. Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena
ballooning, yakni kulit preputium mengembang saat berkemih karena desakan
pancaran air seni tidak diimbangi besarnya tubang di ujung preputium. Fenomena
ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak
selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruks) air seni. Selama tidak terdapat
hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri
preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat darurat.
Fimosis kongenital seyogyanya
dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama dan/atau sosial untuk
disirkumsisi. Hanva diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai fimosis
kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta
menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa
penarikan kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan
mengembalikan kembali kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai
membersihkan. Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit
preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan parafimosis. Seiring dengan
berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam kulit preputium dan
glans penis akan lepas dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis
menyebabkan hambatan aliran air seni, dipertukan tindakan sirkumsisi (membuang
sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastlk lainnya
seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputiurn tanpa memotongnya).
Indikasi medis utama dilakukannya tindakan siricumsisi pada anak-anak adalah
fimosis patotogik.
Terapi fimosis pada anak-anak
tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa sirkumsisi plastik atau
sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan komplikasi,
seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat
miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.
Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium
saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik.
Pada saat yang sama, periengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan
ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin
untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan. Kontraindikasi operasi adalah
infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis.
Sebagai pilihan terapi konservatif
dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari
Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok,
tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.
Cara menjaga kebersihan pada fimosis
yaitu dengan menjaga kebersihan bokong dan penis.
a.
Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena
sering terpapar dengan popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan
kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun
gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal dan merah
disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada beberapa bayi,
gatal-gatal dan merah dibokong cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan
yang penting adalah mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan
adalah :
1) Jangan gunakan
diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau berpergian.
2) Jangan
berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek yang cocok dengan bayi .
3) Lebih baik
gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan bagian paha untuk
ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil atau
besar).
4) Tak ada
salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur
dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tidak
kedinginan.
5) Jika peradangan
kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1 sampai 2 hari atau lebih
bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.
b.
Penis
Tindakan yang
sebaiknya dilakukan adalah :
1)
Sebaiknya
setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan kasa. Membersihkannya
sampai selangkang,
jangan
digosok-gosok.Cukup diusap dari atas ke bawah dengan satu arah sehingga bisa
bersih dan yang kotor bisa hilang.
2)
Setiap selesai
BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
3)
Setelah BAK
penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa menyebabkan
iritasi.
4)
Memberikan salep kortikoid ( 0,05 –
0,1 % ) 2x / hari selama 20 – 30 hari , terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi
dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia
sekitar 3 tahun.
Perawatan
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu dengan disunat (khitan), obat dan peregangan.
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu dengan disunat (khitan), obat dan peregangan.
1.
Sunat.
Banyak dokter yang
menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara permanen.
Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air
kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan
anestesi umum ataupun lokal.
2. Obat.
Terapi obat dapat
diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup. Pemberian salep ini
harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
3. Peregangan.
Terapi peregangan
dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan setelah mandi air
hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus
dilakukan dengan hati- hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan
parut.
E.
Angka kejadian
Beberapa penelitian mengatakan
kejadian fimosis saat lahir hanya 4% bayi yang preputiumnya sudah bisa ditarik
mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya secara
perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1
tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2
tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang
bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil
yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang
tidak disirkumsisi memiliki resiko menderita 10-20 kali lebih tinggi. Tahun
1993, dituliskan review bahwa resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999
dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang sirkumsisi disebutkan bahwa
dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi menderita
sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan jurnal
tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko.
Pada
akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang sulkus.
Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini
meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar
8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18
tahun. Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi
menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual.
Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). Suatu
penelitian lain juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai
90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih
mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan
hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fimosis adalah
keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis
(glands) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi
dan anak menjadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.
Adapula tanda dan gejala pada fimosis di antaranya : Penis membesar
dan menggelembung akibat tumpukkan urine, Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan
menggembang saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah
berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu
tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar
muaranya yang sempit,
Biasanya bayi
menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit, Kulit penis
tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan, Air seni keluar
tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar dengan arah yang
tidak dapat di duga,
Bisa juga
disertai demam, dan terjadi iritsi
pada penis.
B.
Saran
Dalam mengerjakan
makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, maka dari
itu saya meminta saran dan kritik yang dapat membangun agar kedepannya bisa
lebih baik lagi
Blog yang menarik dan informatif sekali
BalasHapusTaukah Anda Bahaya Kulup Terlalu Panjang? Kulup terlalu panjang dapat menjadi masalah tersendiri bagi kaum pria, karena hal ini dapat berisiko untuk menyimbulkan bahaya. Maka itu untuk pria mengalami kulup terlalu panjang sebaiknya menjaga kebersihan dan melakukan sunat.
Kulup adalah kulit yang menutupi setengah atau seluruh kepala penis atau glans penis atau pentup dari kepla penis, pada kulup penis terdiri dari jaringan otot pada pria yang terdiri selaput lender, pembuluh saraf serta kulit yang menutupi glen penis atau ujung dari penis. Sifat dari kulup berbentuk elastis dan mudah untuk ditarik kebelakang.
Klinik Apollo Adalah Rumah Sakit di Jakarta, Dibidang Andrologi dan Ginekologi, terbaik dan Nomor 1 di jakarta memberikan layanan medis prima, dilengkapi alat medis yang modern menyembukan berbagai penyakit kelamin seperti Gonore, Kencing nanah, Sipilis sifilis,Kutil kelamin , Kondiloma akuminata, Kutu kelamin, Keputihan, Ejakulasi Dini.
Bahaya Kulup Panjang
Apa itu Kulup panjang
Rumah sakit Sunat Aman